Prof. Dr. Euis Amalia Online

Cita Rasa Indonesia di Silk Road International University of Tourism Samarkand.

Wartawan bisniswisata.co.id, Hilda Ansariah Sabri berpartisipasi sebagai delegasi Halal Beyond Borders 2023 yang diselenggarakan oleh Indonesia Halal Lifestyle Center ( IHLC) pada 31 Mei-7Juni 2023. Berikut laporan perjalanannya bagian ke tiga

SAMARKAND, Uzbek, bisniswisata.co.id: Turun dari bis dan langsung tiba di depan bangunan megah gedung Silk Road International University of Tourism di Samarkand, kota kedua di Uzbekistan yang kami kunjungi kontan membuat saya kagum dengan bangunannya yang megah.

Tanpa dikomando, semua anggota rombongan Halal Beyond Borders 2023 langsung berjejer membuat barisan untuk foto bersama berlatar belakang gedung universitas tersebut. Selesai foto bersama dilanjutkan foto masing-masing, tapi saya langsung masuk kampus, penasaran pastinya lihat bagian dalam.

Apalagi kepala rombongan, Sapta Nirwandar, Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center            ( IHLC) awal Desember 2021 menerima gelar profesor di sini. Gelar Guru Besar Kehormatan dari Silk Road International University of Tourism and Cultural Heritage, Uzbekistan. Rilis dan fotonya yang dulu saya terima mengenakan jubah dan toga berwarna merah tengah tersenyum masih jelas dalam ingatan.

Sebelum masuk gedung pertemuan banyak spot foto di ruangan depan sehingga rombongan juga menyebar untuk bikin konten, selfie dan kesibukan lainnya. Tak lama kemudian rombongan masuk ke dalam ruangan teater tempat acara-acara penting berlangsung. 

Acara dari jam 10.00 pagi hingga jam 16.00 ini diharapkan juga dihadiri dosen, akademisi lainnya, Kamar dagang Uzbekistan dan pejabat Pemerintah di Samarkand dengan total undangan 200 orang. Alhamdulilah sebelum acara dimulai saya jumpa dengan dua mahasiswa Indonesia yang sudah setahun ini mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Uzbekistan.

Bayu Dian Sopratama dan Labib Rifaldi, mahasiswa strata dua, thesis program di Universitas Silk Road Samarkand ini lagi membuat proyek penelitian bersama salah seorang dosen pembimbingnya Tongqian Tony Zou, Wakil Rektor bidang scientific Research & Innovation untuk melihat minat wisatawan Malaysia dan Indonesia jika tersedia paket wisata Umroh plus Uzbekistan.

” Selama ini wisatawan Indonesia banyak melakukan ibadah Umtoh plus Turki, Mesir tapi belum ke Uzbekistan. Jadi kami coba mengemas dengan memanfaatkan Direct Flight Tasken-Jakarta,” kata Bayu.

Bersama Tourism Lab pimpinan Temur Mirzhaev, ibu Mardianti, Rektor universitas Gunadarma kami juga coba memahami karakteristik wisatawan Uzbek dan Indonesia dalam hal gastronomi dan lainnya, kata Bayu.

Kolaborasi dalam hal pariwisata antara Universitas Silk Road dan universitas di Indonesia sudah dirintis bahkan pihak kampus tengah menyiapkan satu ruangan untuk tempat ngumpul dan kajian bersama dalam menggerakkan wisata halal di kedua negara. Pihak kampus juga berupaya lebih banyak mahasiswa Indonesia kuliah di Uzbek, tambahnya.

Seorang mahasiswi strata satu bernama Guliarmo juga antusias mengikuti konfrensi dengan sejumlah nara sumber Indonesia. Tema Halal Beyond Borders 2023 yang jelas membuat keingintahuannya besar bagaimana Indonesia sudah jauh lebih maju dalam hal brand dan sertifikasi halal.

” Terus terang saja mengambil tema Halal saja sudah suatu keberanian karena di belahan dunia maupun di Uzbek sendiri masih banyak yang Islam phobia. Memakai hijab di sekolah dan tempat kerja saja masih jadi tantangan sendiri, ” kata Guliarmo.

Sedangkan rombongan delegasi Indonesia dengan jumlah 70 orang mengusung pengembangan industry halal, halal lifestyle termasuk mengemas halal tourism dengan umroh plus Uzbekistan untuk mengunjungi makam ahli hadist Imam Bukhari kini hadir di kampusnya.

Gadis usia 20 tahun ini langsung balik bertanya mudahkah untuk kuliah strata dua di Indonesia dan saya langsung menunjuk Bayu dan Labib agar dia segera berteman dengan mereka dan bisa menggali informasi lebih dalam.

Sejumlah mahasiswa-mahasiswi dan civitas kampus lainnya terus bermunculan. M.Gunawan Yasni, Ekonom Syariah Indonesia yang rutin muncul di stasiun TV dan juga seorang penulis membuka acara dengan berpantun setelah Sapta Nirwandar dan petinggi kampus membuka dan menyambut rombongan termasuk Muhammad Neil El Himam, Deputy Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, Kemenparekraf.

Sedikit molor dari jadwal, akhirnya Gunawan Yasni sebagai moderator  memulainya dengan pantun;

Jalur sutera di Samarkand…

Seminar penting di Silkroad University…

Samarkand untuk diperjelaskan…

Samarkand bukan dalam bahasa untuk disamarkan.

Dari Indonesia ke Uzbekistan bersama Prof. Sapta Nurwandar

Halal Beyond Borders menjadi pengingatnya…

Sungguh indah pemandangan selama perjalanannya…

Termasuk gadis-gadis muslimahnya.

Tashkent dan Samarkand menjadi target bersama…

Mengupayakan kolaborasi dua negara…

Sungguh mulia niat dan usahanya…

Semoga dijadikan amal jariyah yang kekal di sisi Allah Ta’ala.

Tamu di Indonesia tak lupa meneriakkan kata ‘Cakep’ setiap kali pantun dibacakan seperti halnya divtanah air. Hak ini membuat mahasiswa dan para dosen setempat ikut senyum-senyum menyambut pembukaan yang unik dan kompak itu. Maklum pagi ini nara sumbernya Indonesia All Star.

Sesi satu diisi Budi Tirtawisata, CEO Panorama, Maulana Yusran, Sekjen PHRI dan satu narsum dari Uzbekistan yaitu Makhmud Akhmedov – Head of Int’l Relations Div. – Dept. of Tourism di universitas itu.

Sesi ke dua diisi  Siti Nur Azizah, putri ke 4 Wapres RI KH Maruf Amin yang juga Wakil Rektor Universitas Negri Surabaya, Hanni Haerani, General Manager of Islamic Fashion Institut ( IFI) dan Euis Amalia, Prof. Islamic Economics, Banking & Microfinance UIN Jakarta.

Sesi ke tiga ada Djoni Suprapto, Direktur Produksi Nibras, Elsa Maharani, Head of PR Wardah Cosmetic dengan moderator moderator Indrawan Nugroho, CEO Corporate Innovation Asia.

Sesi ke empat di isi oleh Roy N Mandey, Ketua Asosiasi Ritel Indonesia ( Aprindo) & Fapra, Iwan Gunawan, Komisaris PT Soka Cipta Niaga dengan dan sesi terakhir adalah Hayrallo Sattorov – Grand Imam of Samarkand dan  Auzai Mahfudz – Hadist Study Center, TVRI yang dipandu kembali oleh Gunawan Yasni.

Sektor pendidikan memang memegang peranan penting dan Siti Nur Azizah, wakil Rektor Universitas Negeri Surabaya ( Unesa)  menjawab pertanyaan mengenai bagaimana  tren gaya hidup halal saat ini? Apa substansi dan pendorong utama terbentuknya halal ecosystem. Perkembangan halal lifestyle telah mempengaruhi pertumbuhan industry halal, apakah hanya negara-negara yang mayoritas muslim yang bisa menikmati berkah perkembangan tren halal ini?

Menurut Nur Azizah, Halal menjadi suatu tuntutan yang harus dipenuhi oleh setiap muslim karena pemenuhan kebutuhan halal adalah inti dari keimanan ((spiritual safety concern). Al Quran memerintahkan setiap Muslim untuk memakan, memakai dan memilih sesuatu yang halal.

Halal lifestyle menjadi ukuran atas standar higienis, keamanan, keselamatan, kebersihan, kesehatan jasmani dan rohani atas segala produk maupun jasa yang dikonsumsi siapapun tanpa memandang ras, agama, budaya, lintas geografis suatu negara.

Oleh karena itu, halal memberi kepastian terhadap perlindungan konsumen dan pemberian sangsi hukum atas pelanggaran jika ada ketidakjujuran produk yang ditawarkan kepada konsumen.

Menyinggung produk halal, Nur Azizah menegaskan bahwa secara esensial bukan semata dilihat dari sisi ekonomi tetapi memiliki peran strategis dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia dalam menuju cita-cita sejahtera. 

“Kehalalan diyakini mempunyai implikasi terhadap perilaku (lifestyle). Perilaku yang baik atau buruk itu ditentukan salah satunya oleh makanan yang dikonsumsinya dan pakaian yang di gunakannya (adab),” jelasnya.

Oleh karena itu Ilmu dasar halal yang semula hanya di atur dalam kitab fiqih, namun sekarang diatur dalam undang-undang dan peraturan pemerintah terutama untuk pengaturan kehalalan sebuah produk. 

“Halal bahkan menjadi norma global yang baru yang perlu diatur dalam kesepakatan antar komunitas atau bahkan antar kesepakatan antar negara. Pada tahun 2020, UzStandard & BSN RI juga menyepakati Penilaian Kesesuaian Produk, Standardisasi, Metrologi dan Pendampingan Teknis. Jadi Ini bisa dimanfaatkan oleh kedua negara untuk perdagangan,” tambah Siti Nur Azizah.

Hanni Haerani, General Manager Islamic Fashion Institut ( IFI) juga diberondong pertanyaan dulu oleh Gunawan soal apa yang diharapkan dari kedatangan Tim IFI ke Uzbek, dan bagaimana peran Islamic Fashion Institute ini dalam mendukung Indonesia menjadi kiblat busana muslim dunia.

IFI berkomitmen untuk terus berperan aktif dalam memajukan industri fashion muslim nasional dan internasional melalui kolaborasi yang berkelanjutan dengan lembaga-lembaga pendidikan di Uzbekistan dan negara lainnya. 

“Sebelum berangkatpun kami sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Ibu Azizah Ma’ruf Amin (Wakil Rektor Universitas Negeri Surabaya – UNESA), Sintia Christiani Saeh (Sekretaris Pertama KBRI di Tashkent), dan Temur Mirzaef (Founder of TourismLab Uzbekistan) via zoom,” jelas Hanni Haerani.

Ada 4 designer IFI yang tampil pada acara Fashion Show di dua kota Tashkent dan Samarkand yaitu Lina Kartika Fashion modest desainer jebolan IFI serta tiga siswi yaitu  Putri Anggraeni ,Ratu Salwa dań Megarani. turut serta juga Tim Project Development yaitu Yufie Kartaatmaja dan Aziz Nurkholiz Majid, Project Development Officer Islamic Fashion Institute (IFI)

“Dari koordinasi tersebut, IFI berkesempatan bertemu dengan tiga universitas ternama di Tashkent, Uzbekistan: National Institute of Art and Design, Tashkent State University of Oriental Studies, dan Oriental University untuk membahas kerja sama dan kolaborasi yang diharapkan,”

Tahap selanjutnya diikuti dengan Memorandum of Understanding (MoU) setelah kunjungan Wakil Presiden Indonesia, Bapak Ma’aruf Amin, ke Uzbekistan, 13 Juni 2023. Tujuannya untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat kajian dan benchmark trend busana muslim maupun bisnisnya.

” Jadi IFI datang dengan memberikan penawaran beasiswa kelas reguler maupun kursus singkat. Dengan sinergi yang kuat, kami ingin menjadi menjadi pusat keunggulan dalam pendidikan dan pengembangan industri fashion muslim yang berlandaskan nilai-nilai Islami,” tegas Hanni Haerani.

Prof.dr. Euis  Amalia M.Ag, Guru Besar Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta juga menyampaikan pandangannya bahwa Islam sebagai ‘aturan hidup yang lengkap’ meliputi setiap aspek kehidupan manusia.  

“Ini memberikan arahan bagaimana kegiatan ekonomi dan keuangan harus beroperasi berdasarkan moral dan bukan hanya sistem ekonomi.  Sumber moralitas Islam bersumber dari syariah.

Potensi pasar industri halal global tahun 2022 melayani 1,9 miliar Muslim yang menghabiskan uang setara dengan US$ 2 triliun pada tahun 2021 untyk kebutuhannya terutama di bidang makanan, farmasi, kosmetik, sektor mode, perjalanan, dan media/rekreasi.

Semuanya dipengaruhi oleh konsumsi etis diilhami oleh kebutuhan agama Islam.  Ini pengeluaran mencerminkan pertumbuhan 8,9% tahun-ke-tahun dari tahun 2020, dengan aset keuangan syariah diperkirakan akan tumbuh menjadi US$3,6 triliun pada tahun 2021, naik 7,8%, dari US$3,4 triliun pada tahun 2020, kata Prof Prof.dr. Euis  Amalia M.Ag.

Industri Halal nenjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi Indonesia dan negara-negara lainnya termasuk yang non Muslim seperti Korea Selatan yang ingin menjadi tujuan wisata halal dunia Islam.

“Brazil kini jadi pemasok halal terbesar daging unggas ke Timur Tengah, Jepang andalkan Industri Halal sebagai kontributor utama pemasukannya, Thailand punya visi menjadi dapur Halal Dunia dan Malaysia ingin menjadi pusat global untuk Industri Halal dan Keuangan Islam,” ujar Euis. Bagaimana dengan Uzbekistan ?

Dalam hal perdagangan, Roy Nicholas Mandey, Ketua Aprindo atau  Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) menceritakan pengalamannya berkolaborasi dengan Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) dalam mengembangkan komunitas gaya hidup halal. 

Roy yang juga  Chairman of FAPRA (Federation of Asia Pacific Retail Association) menjelaskan bahwa di samping jumlah Muslim dunia yang mencapai 2 miliar orang, pasca pandemi global non Muslim juga mencari produk halal yang terjamin higienitasnya.

“Kami menyediakan halal corner dan Halal Scan “Haliv” yang menjadi alat untuk memudahkan umat muslim menemukan produk halal dan aman dikonsumsi di pasaran,” ungkapnya.

Aprindo memiliki sekitar 45 ribu peritel yang tergabung dalam APRINDO dan tersebar di berbagai kota maupun kabupaten di seluruh Indonesia. Beragam fesyen  Muslim bahkan model terbaru hasil rancangan desainer lokal kini dapat dijumpai di toko-toko ritel dan banyak diminati oleh pelanggan.

Saat ini busana  Muslim dapat dengan mudah dijumpai di 2200 department store di berbagai kota di Indonesia. Hal mana yang juga bisa diikuti oleh Uzbekistan sehingga kesadaran untuk nilai-nilai syariah merupakan suatu peluang yang bagus untuk meningkatkan perekonomian nasional.

Iwan Gunawan, Komisaris PT Soka Cipta Niaga, produsen kaos kaki halal mengatakan membangun kesadaran nilai-nilai syariah juga akan dilakukan pihaknya bila berhasil masuk ke pasar Uzbekistan.

” Belajar dari Indonesia sendiri, ketika awalnya memakai hijab masih awam maka sangat terbantu dengan terbentuknya komunitas Hijaber sehingga sekarang hijab sudah dikenakan secara luas oleh Muslimah Indonesia,” kata Iwan Gunawan.

Dia juga menekankan untuk membuat produk yang inovasi dan fungsional sehingga produk kaos kakinya memudahkan muslimah saat berwudhu, saat bekerja di ruang AC karena bahan baku tang bisa menyesuaikan dengan suhu tubuh.

 ” Kami juga tengah membuat jilbab tanpa membuat pemakainya harus mencopot jilbab saat berwudhu. Semua inovasi itu sudah dipatenkan. Sebagai produsen kaos kaki bagi pria dan wanita, kami lihat saat sholat Jumat banyak yang menggunakan kaos kaki juga jadi ini peluang pasar kami juga,” kata Iwan Gunawan.

Kalangan pengusaha lainnya yang menjadi nara sumber adalah Djoni Suprapto, Direktur Produksi Nibras sebagai produsen pakaian modest (sederhana) berawal dari industri kecil 12 tahun yang lalu.  

Nibras bertransformasi dengan cepat, sehingga mampu produksi hingga 3,5 juta busana sederhana setiap tahunnya.” Untuk pasar Uzbekistan kami tawarkan seperti seri Sarimbit karena saat di restoran kami selalu bertemu  rombongan keluarga dan mereka di hari-hari spesial bisa mengenakan pakaian Sarimbit cocok untuk seluruh keluarga,” kata Djoni Suprapto.

Kegiatan di kampus masih terus berlanjut dengan business meeting, mengeksekusi peluang-peluang pasar yang ada lewat komunikasi intens hingga pukul 16.00 sore. Perjalanan panjang delegasi ini masih terus berlanjut dengah fashion show di kawasan Registan, di sebuah taman hotel dan undangan makan malam dari pemerintah daerah Samarkand hungga larut malam

sumber: bisniswisata

https://euisamalia.com

Leave a Reply